Bulir Kenangan Dikala Senja

Gemuruh langit bersenandung dengan gemericik air hujan. Siang yang memekik berguyur peluh, berubah pekat berganti bulir-bulir rintik hujan.

Selintas bayangmu bernostalgia di pelupuk bayangan, memadu kasih di bawah atap kata cinta yang dulu kau puja.

Beribu janji tentang rasa, nama buah cinta, diksi sehidup semati, dan bulir-bulir masa depan rumah tangga, kini retak seiring air hujan yang mengalir deras, memecah tandusnya tanah harapan.

Kini janji tinggal janji, rasa tinggal rasa, hanya sesak yang tertinggal dan tergores, seiring kata setiamu yang menghilang bersama bulir hujan yang jatuh di ujung atap serambi.

Dalam hembus angin yang bersayup dengan nada rintik hujan, bayangan kenangan tentang janji cinta yang kau dan aku buat, kini hanya membayang di sanubari.

Biarlah hujan jadi saksi, bahwa sayangmu pernah bersemayan dan tumbuh di sanubari. Dan biarkan dia menghilang dalam aliran air hujan yang menghantarkan senja ke gelapnya malam. (*)